Cerita Suoh (Bagian Pertama)

Danau Lebar Suoh di foto dari atas letusan (foto #Ali Rukman)
Siapa belum ke Suoh berarti ia belum sampai di Lampung Barat.  Ungkapan ini bisa jadi benar adanya mengingat bahwa Suoh selalu dan akan memberikan kesan mendalam bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Kecamatan Suoh yang sejak dua tahun lalu telah dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu Kecamatan Suoh dan Kecamatan Bandar Negeri Suoh ternyata menyimpan banyak cerita bagi siapa saja yang mengunjunginya; jarak tempuh Liwa-Suoh yang kira-kira hanya berjarak 70 KM dapat di tempuh dengan waktu yang sangat bervariatif mulai dari 1,5 jam – 6 jam, begitu juga berbagai rintangan dan halangan yang di alami pun beragam mulai dari sekedar pecah ban, pecah kelahar roda, patah stang seher  atau patah stang karena medan jalan yang licin dan berlumpur serta berbatuan di beberapa titik jalan Liwa-Suoh (beberapa; karena hanya tinggal beberapa titik lagi yang susah dilalui ketika turun hujan, sedangkan sisanya telah dilakukan perkerasan dengan biaya dari APBD Provinsi Lampung).  Jadi walaupun hujan lebat tidak akan mengakibatkan pengendara sepeda motor mondok di jalan seperti era tahun 90 an.
Danau Lebar Suoh di foto dari Sawah Penduduk Pekon Sukamarga  (foto #Ali Rukman)
Namun dibalik kesulitan medan dan cerita sedih menuju Suoh dan Bandar Negeri Suoh selalu ada saja yang membuat kita kangen untuk datang kembali ke Suoh, salah satunya adalah  panorama alam  menuju dan saat berada di Suoh.  Posisi jalan menuju Suoh yang menobos Taman Nasional  dengan turunan curam dan tanjangan terjal yang kerap licin saat dilalui merupakan tantangan trersendiri.  Begitu juga dengan pemandangan pengununan dan lembah saat akan masuk ke Suoh seakan keramahan yang menyambut siapapun yang datang berkunjung ke Suoh.
Ketika kita telah memasuki Kecamatan Suoh kita akan di sambut lambaian tiga Danau (Danau Asam, Danau Lebar, Danau Minyak) yang berada di hamparan lembah yang konon bekas letusan Gunung Suoh tempo dulu.  Di pinggiran danau dengan desiran angin yang menyapu wajah inilah kita seolah sampai pada titik puncak atas rasa puas dan syukur  selama kita melakukan perjalanan menuju Suoh.  Sejauh mata memandang terlihat danau dan pepohonan serta perbukitan seolah merekat rasa pada sang pencipta setelah melewati berbagai rintangan dan meluluhkan segala kesombongan dan ego. Gerakan pohon alang-alang yang di terpa angin seolah tarian para dewi menyambut kedatangan sang raja begitu rasa dan emosi seolah membaur memuncak saat berada  di pinggiran Danau Suoh ini sehingga tak heran bila siapapun yang kali pertama datang ke Suoh akan berfoto atau selfie di pinggiran ketiga danau ini..  (bersambung)       

2 Comments

  1. Asem....aku urung pernah mengonoh...target 30 November kesana...

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post