Memilah dan memilih adalah dua kata yang saling melengkapi. Ibarat dua sejoli ; memilah dan memilih
adalah pasang yang tak terpisahkan.
Ibarat masakan; memilah dan memilih adalah sayur dan garam yang hambar
bila dikurangi salah satunya. Begitu
selanjutnya kata-kata ini melekat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hampir dimana ada kegiatan memilih
disitu ada kegiatan memilah, dan dimana ada kegiatan memilah biasanya akan
berlanjut ke kegiatan memilih.
Ada kalanya kegiatan memilah adalah hal yang paling
menjemukan, apalagi kalau harus memilah
sesuatu yang kurang bersentuhan langsung dengan kepentingan atau kebutuhan
pribadi kita. Terlebih lagi kalau harus
memilah sesuatu secara berulang-ulang, memilah sesuatu yang masuk katagori stok
lama walaupun tampilan baru, memilah barang yang serupa tapi tidak sama,
memilah sesuatu yang sekelas dan masing-masing mempunyai kekurangan serta
kelebihan tapi hanya beda-beda tipis saja.
Begitu juga halnya dengan memilih; terkadang adalah
hal tersulit dalam hidup, apalagi kalau pilihan dimaksud menyangkut masa depan
dan melibatkan orang banyak dan atau orang terkasih. Sehingga ada kalanya jalan menghindar adalah
pilihan agar tidak melakukan kegiatan memilih dan memilah begitu
sebaliknya. Walau menghindar ini juga
memilih (memilih untuk tidak memilih) tentu bukan itu yang diharapkan.
Banyak orang mengatakan memilah mutlak dilakukan sebelum memutuskan
untuk memilih. Ada juga yang berpendapat
keduanya setali tiga uang seperti dua sudut mata uang yang berbeda tapi satu
kesatuan utuh, jadi tak perlu di bahas lagi (sangat penting dan tak terpisahkan).
Tetapi adalagi yang berpendapat antara memilah dan
memilih intinya sama, bedanya Cuma huruf a dan i saja. Apapun retorika yang di bangun, yang jelas
keduanya merupakan kegiatan/proses untuk menghasilkan suatu outputyang ideal
atau sesempurna mungkin dalam kehidupan.
Kalau itu yang dimaksud, mungkin yang penting mendapat
perhatian adalah Pertama tujuannya yang
harus jelas; bertujuan untuk kebahagian pribadikah? Atau untuk membahagiakan/ kemaslahatan orang
banyak secara keseluruhandalam sekup dan cita-cita yang lebih besar.
Kejelasan tujuan penting agar tidak ada pembiasan dan
tetap fokus pada hal-hal yang menjadi tujuan awalnya diadakannya memilah dan
memilih serta tidak merugikan pihak lain.
Dapat dibayangkan jika tujuan yang semestinya membahagiakan orang-orang
terdekat justru menjadi bias karena senyatanya untuk kebahagian pribadi. Miris lagi jika tujuannya untuk kebahagian
pribadi tetapi digembar-gemborkan untuk kebahagian bersama dan orang banyak.
Kedua waktu; Dalam memilah dan memilih waktu memegang peranan
penting agar hasil dari memilah dan memilih dapat maksimal, ini menyangkut berapa lama persiapan, berapa
waktu saat berlangsungnya kegiatan memilah dan memilih, dan juga yang tak kalah
pentingnya berapa lama kita akan merasakan manfaat atau mudarat sebagai efek
dari kegiatan memilah dan memilih (katakanlah selama tidak lebih dari lima
menit) akan mendapat meudarat selama bertahun-tahun. Lebih lucu lagi jika mengorbankan kebahagian
bertahun-tahun hanya karena waktu; waktu itu pernah dapat sembako, waktu itu
pernah diberi piagam, waktu itu pernah di kasih bantuan dana untuk kegiatan
organisasinya, waktu itu dapat bingkisan sarung, waktu itu pernah dijanjikan
jabatan, dan seterusnya. Bila sudah
begitu yaaa capek dech!!
Ketiga alat; layaknya pekerjaan pada umumnya, memilah dan memilih
tentu juga membutuhkan alat bantu agar
hasil yang di dapat maksimal. Ada
pribahasa mengatakan: “Malu bertanya sesat dijalan”. Mungkin pribahasa ini bisa menjadi alat
pertama yang harus dimiliki dalam emilah dan memilih. Namun, ada baiknya pribahasa ini tidak
dimaknai apa adanya sehingga pengumpulan informasi secara komprehensif dan atau
mencari informasi sebanyak-banyaknya bila perlu dari hulu sampai hilir tidak
dilakukan.
Yakin saja rasanya tidak cukup tanpa mengetahui sebab
musabab latar belakang objek yang sedang dipilah dan dipilih, apalagi kalau Cuma
ikut-ikutan. Akuntabilitas informasi dan
sumber informasi sama pentingnya untuk menjadi perhatian. Penetapan jenis-jenis dan klasifikasi sumber
informasi juga tak kalah pentingnya, mengingat kini setiap sudut kota, median
jalan, pojok media massa, detik di diaran radio, pohon-pohon, lampu merah,
pagar, dan halte juga dipenuhi informasi.
Apa, kapan, dimana, dan bagaimana mendapat informasi
juga harus menjadi perhatian. Kampanye
hitam sebagai akibat dari kompetisi yang tidak sehat harus tetap di waspadai
agar kegiatan memilah dan memilih tetap pada rel yang benar.
Keempat
pembanding/membandingkan; Adakalanya
tujuan, waktu, dan alat semata belum cukup untuk menjadi panduan saat melakukan
kegiatan memilah dan memilih. Adanya
hasil kegiatan terdahulu dan atau membandingkan objek yang sama-sama menjadi
perhatian selama proses berlangsung (memilah dan memilih) sangat penting.
Pertanyaan sederhananya, bagaimana bisa mengatakan
hasil dari memilah dan memilih kita yang terbaik jika tidak pernah
membandingkan dengan hasil-hasil sebelumnya/ditempat lain dan atau objek lain
yang sama-sama menjadi perhatian. Dalam
kondisi ini, membuka diri dengan menjauhkan prinsip dari kalimat pokoknya
(pokoknya namanya, pkoknya atributnya, pokoknya logo, dsb).
Mungkin empat hal di atas belum cukup menghasilkan out put yang maksimal, tetapi setidaknya
dapat dijadikan pegangan sehingga kegiatan memilah dan memilih tidak terkesan
simbolik dan aktivitas icak-icak/pura-pura.
Walau untuk urusan tertentu ada saatnya bisa
menghindar dari memilah dan memilih, tetapi tak ada salahnya juga jika untuk
hajat-hajat besar yang melibatkan masayarakat dalam jumlah besar, memakan dana
besar, mencari orang besar, dalam waktu yang besar/lama sperti pemilihan Presiden,
pemilu anggota DPP, DPR, DPRD Provinsi, pemilihan Gubernur, pemilihan Bupati
dan Pemilu DPRD Kabupaten/kota urusan memilah dan memilih tidak ditinggalkan.
Mengingat pentingnya urusan memilah dan memilih, maka perhatian ekstrapenting
untuk kedua urusan ini. Jika tak
hati-hati, salah memilah memunculkan perasan bersalah, salah memilih menyesal
selama-lamanya.
Tulisan ini
pernah dimuat di HU Lampung Post pada selasa, 5 Agustus 2008, saat itu penulis
juga berprofesi sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lampung
Barat Pokja Sosialisasi.
Post a Comment