Kungkunan

 


Era 70-80 an kata kungkunan sangat di Telinga masyarakat Lampung Pesisir khususnya sekitaran balik bukit atau yang akrab dengan sebutan  Marga Liwa.  Kata Kungkunan biasa  akan hadir setelah tabuh sesah (tabuhan beduk dengan nada khusus yang menandakan ada musibah dan berbeda dengan tabuhan panggilan untuk sholat)  atau pada keluarga  yang kebetulan masih berhubungan dengan yang  ngungkunan (melaksanakan kunkunan).


Seinget penulis yang kebetulan dibesarkan di Liwa pada era 80 an,  saat itu kungkunan disampaikan hanya dalam bentuk omongan (nangguh) dengan mengatakan bahwa beliau yang datang adalah utusan......  hendak menyampaikan bahwa si pulan......... telah meninggal dunia (maklagi).... dan akan di kebumikan (dikuburkan/dipasarkan) pada pukul....   Setelah itu yang ngunkunan (utusan) akan pamit untuk pulang.


Era berganti kungkunan  kemudian hadir dengan sedikit perubahan, dimana yang ngungkunan selain menyampaikan dalam bentuk omongan (nangguh) juga memberikan potongan kertas kecil yang bertuliskan nama si pulan.... telah meninggal dunia pada pukul...  Kemudian ada gambar simbul tandu/atau keranda mayat, selanjutnya pada bagian bawah akan tertulis Pekon  serta nama-nama kepala keluarga di pekon bersangkutan yang mendapat kungkunan.  Dengan mendapat tangguh dan kungkunan model ini biasanya pihak penerima kungkunan cukup menanyakan kepada yang ngungkunan jenazah akan dikebumikan pukul berapa, dan atau  kalau misalnya namanya yang disebutkan kurang akrab di telinga  si penerima kungkunan maka akan ditanyakan siapa kebot (hubungan kekeluargaan garis keturunan) si jenazah,  untuk menegaskan apa hubungan dengan si jenazah yang meninggal dunia.


Seiring perkembangan teknologi, dimana dunia maya dan android telah di genggaman masyarakat, kungkunan kini hadir  selain dengan panggilan telepon/pembicaraan langsung, juga hadir dalam bentuk pengumuman di Facebook, SMS, dan WA  pesan berantai.  Begitu juga dengan kalimat atau informasi yang disampaikan sudah cukup jelas; yang tak jarang menyebutkan penyebab jenazah meninggal dunia secara ucapan mohon do’a agar si jenazah di terima ditempat terbaik di sisiNya. Walaupun sudah jarang sekali tertulis nama-nama yang di tuju/nama kepala keluarga yang mendapat kungkunan, akan tetapi biasanya yang menerima pesan berantai atau informasi akan dengan sendirinya datang ke rumah duka untuk menyampaikan ucapan bela sungkawa..


Kungkunan adalah kearifan lokal di masyarakat marga Liwa dan masyarakat Lampung pesisir pada umumnya untuk  memberikan  informasi kepada seluruh keluarga dan kerabat  bahwa  ada bagian dari keluarga atau kerabatnya yang lain sedang tertimpa musibah (meninggal dunia)..  

Post a Comment

Previous Post Next Post