Gelar Pasukan Negeri Atas Awan

  Efisode  :  Manakar Eksistensi CEPU dan Pasukan Perbatasan Dalam Berjuang Untuk Negeri


Tersebutlah kisah di negeri atas awan  menjelang berakhirnya kemimpinan sang raja yang kekuasaannya hanya di batasi lima tahunan layaknya masa jabatan president di negeri wakananda.   Huru-hara akan berakhir masa  rezim sudah santer terdengar dari tahun-tahun sebelumnya, tapi inilah faktanya antara kelebihan dan  keahlian semacam ilmu tingkat tinggi yang sulit di tandingi,  para pemegang kekuasaan negeri atas awan mengatakan kepada seluruh punggawa kerajaan yang mayoritas di kontak  untuk masa kerja 1 tahun dan akan di perpanjang untuk masa satu tahun berikutnya, supaya mareka tetap giat bekerja membuat proker, menetapkan wilayah prioritas, melakukan pendampingan, dan yang lebih penting lagi membuat laporan progres dan keuangan  atas kegiatan yang telah dilakukan.


Singkat cerita sampailah pada waktu yang sudah diduga oleh para penggawa kerajaan, beberapa hari setelah kontrak mareka berakhir, Sang Raja menitahkan kepada perdana menteri untuk mengumpulkan pada panglima perang dan pasukannya dari delapan penjuru mata angin.  Dengan beragam kondisi, espektasi, dan tanya, para pasukan di bawah komando panglimanya masing-masing berkumpul, dan meski ada panglima dan pasukannya yang tidak bisa hadir, belum lagi beberapa hari sebelum pengumuman sang perdana menteri tersiar keseluruh pelosok negeri; sang panglima besar negeri atas awan mengirim telegram kepada seluruh pasukannya  bahwa sehubungan dengan berakhirnya kontrak  beliau di negeri atas awan,  beliau pamit, acara tetap dilanjutkan.


Dalam pertemuan yang berlangsung selama sehari semalam di lembah Damai ini,   rupanya perdana menteri sudah membentuk tim pencari informasi, sebelum para panglima dan pasukannya di tanya tentang informasi yang di butuhkan, sang perdana menteri berkilah bahwa pertemuan ini sengaja dilaksanakan  untuk mencari informasi guna menjawab pertanyaan Sang Raja dan Duta-Duta kerajaan tentang kinerja para penjaga kedaulatan  di bawah komando para panglima meski tanpa panglima besar. 


Terdengar bisik-bisik tanya  di peserta;  mengapa kegiatan ini dilaksanakan tanpa panglima besar??, Mengapa pula pertemuan yang megah ini dilakukan tiba-tiba dan setelah kontrak para punggawa berakhir dimana  secara yuridis  kekuatan hukumnya tentu lemah apalagi kalau bicara akuntabilitas keuangan kerajaan yang digunakan..?  Mengapa kegiatan ini dilakukan seolah untuk mengkonfirmasi laporan yang telah berulangkali disampaikan oleh para pasukan perbatasan diatas lembaran kertas  bertinda hitam bergambar bermacam rupa.  Lebih miris lagi  di dalam pertemuan ini para pasukan juga di konfirmasi   soal jurus para cepu kerajaan negeri atas awan yang telah lebih dulu berlatih di tempatkan  untuk mengurusi logistic kerajaan??


Namanya cuma pasukan perbatasan yang sangat jarang bahkan tidak pernah dikumpulkan untuk berlatih bersama -bersama cepu,  kegiatan ini membuat mareka terlihat agak gagap walau tetap memainkan jurus apa adanya, diantara yang gagap bisanya lagi-lagi cuma bergumam;  Mana mungkin bisa satu gerakan untuk mengamankan negeri atas awas ini  bila cepu dan para pasukan hanya  di pertemukan lewat celoteh sang Raja, tanpa pernah berlatih bersama memainkan jurus demi jurus yang menjadi standar kerajaan.    Mana mungkin juga bisa bertemu dalam satu cerita dan bisa diambil kesimpulan oleh  sang Raja,  bila cepu yang telah di didik selama beberapa purnama untuk menguasai jurus melempar kunyuk menghilangkan buah, sementara para pasukan di didik dengan jurus memukul rumput menangkap kecoa, yang ada mareka bisa saling bunuh atau minimal cidera,  dan kerajaan tak dapat apa-apa, kredibilitas  Raja di mata pada duta kerajaan tetangga akan rusak. Kata seorang pasukan perbatasan.


Masih dalam  celoteh pasukan perbatasan yang seakan terkunci di tengah jurus  sang perdana menteri;  Idealnya selain dipertemukan untuk latihan bersama;  antara cepu dan pasukan perbatasan juga dipastikan mempunyai pemahaman yang sama tentang kesatuan negeri atas awan, sehingga jurus yang dimainkanpun akan bermakna persatuan dan kesatuan bukan  bukan asal gerak dan untuk selamatkan diri masing-masing apalagi kalau hanya untuk menyembunyikan kegagalannya.   Intinya ada nilai yang dipahamkan  dan dijunjung secara bersama diatas kepentingan  pribadi dan atau  lembaga cepu atau pasukan pengaman perbatasan.


Jurus melempar kunyuk menghilangkan buah memang sengat terkenal  di Negeri Atas Awan, apatah lagi dalam setiap  purnama kerajaan selalu membuat sayembara dimana diantara mareka yang pintar memainkan jurus ini akan mendapat penghargaan yang bernama  Wayang Tempat Pencitraan (WTP)   dari lembaga kerajaan yang membidangi penilaian permaian jurus terindah.  Dampak positifnya hal ini tentu memicu dan memacu  para cepu yang berwatak baik untuk lebih efektif dan efisien memperketat penjagaan logistic kerajaan, tapi sebaliknya para cepu yang berwatak jahat semakin pintar membuat manipulasi dengan suara indah dan gerakan-gerakannya yang seolah benar adanya.  


Berbeda dengan  jurus memukul rumput menangkap kecoa yang tidak pernah ada ajang perlombaannya, jurus ini juga dianggap sebagai ancaman bagi sebagian cepu berwatak jahat karena permaiannya yang selalu memunculkan kuantitas dan kualitas serta minim akan  suara indah  apa adanya.  Yang membuat jurus ini masih bertahan di negeri atas awan  karena diyakini bahwa jurus ini adalah warisan nenek moyang dan ditakuti oleh kerajaan  lain.



Semakin lama celoteh pasukan perbatasan makin mengecil-mengecil dan senyap, suasana benar-benar sepi, yang terdengar hanya sesekali suara batuk wakil panglima yang sedang asyik menyusun narasi akan pentingnya jurus memukul rumput menangkap kecoa bagi  keberlanjutan negeri atas awan.   Terlihat juga sesekali sang wakil panglima memberi kode kepada para pasukan perbatasan  agar tetap menjaga barisan sampai ada aba-aba berikutnya.


Sementara pasukan perbatasan diminta tenang terdengar juga kabar bahwa para cepu di kumpulkan oleh perdana menteri guna mengklarifikasi  kehebatan Jurus memukul rumput menangkap keceo yang di mainkan oleh para pasukan perbatasan.  Di ujung kabar, ada cepu yang merasakan keberatan  dengan kehadiran pasukan perbatasan dengan alasan jurus yang dimainkan oleh pasukan perbatasan di wilayah nya kurang indah. Ntah laaah..


Demikianlah sekelumit cerita tanpa cara dari celoteh pasukan perbatasan negeri atas awan, yang sedang berkutat  mengevaluasi  diri dalam melaksanakan kalimat integrasi dan partisipasi guna menakar eksistensi Cepu dan Pasukan Perbatasan dalam  berjuang untuk negeri.#

Post a Comment

Previous Post Next Post