Efisode : Berlatih Bersama Persiapan Tempur
Pada efisode
sebelumnya yaitu Manakar Eksistensi CEPU dan Pasukan Perbatasan Dalam Berjuang
Untuk Negeri, kisah di akhiri dengan
pasukan perbatasan diminta tenang dan terdengar juga kabar bahwa para cepu di
kumpulkan oleh perdana menteri guna mengklarifikasi kehebatan Jurus memukul rumput menangkap
kecoa yang di mainkan oleh para pasukan perbatasan.
Alhasil cerita tanpa cara dari celoteh pasukan
perbatasan negeri atas awan, yang sedang berkutat mengevaluasi
diri dalam melaksanakan kalimat integrasi dan partisipasi guna menakar
eksistensi Cepu dan Pasukan Perbatasan dalam
berjuang untuk negeri.
Mungkin, berpijak
pada hal-hal yang terjadi sebelumnya, perdana menteri kembali mengumpulkan
pasukan perbatasan, pengumpulan pasukan perbatasan kali ini kembali didampingi oleh panglima 8 penjuru
angin, tetapi dari hitungan 8 panglima penjuru angin tersebut, panglima penjuru
angin ke 7 tidak hadir. Usut punya usut
ternyata panglima penjuru angin ke 7 dan pasukan perbatasannya dari awal belum
pernah nampak, pernah dibentuk katanya, tetapi mengundurkan diri karena pihak
cepu di dataran tersebut tidak sudi ada gerakan pembaharuan yang akan
dilaksanakan oleh pasukan perbatasan dikemudian hari.
Namu hal hal yang
membedakan dari gelar pasukan sebelumnya, kali ini perdana menteri tidak lagi
membentuk tim untuk menanyai pasukan perbatasan satu persatu, yang terlihat cuma
satu cepu yang Nampak hadir sampai gelar pasukan berakhir.
Kembali ke cerita
awal, sampailah waktunya pengumpulan
pasukan perbatasan di Dataran Tulip selama 4 hari dari 5 hari yang
direncanakan, biasalah di Negeri Atas Awan selalu begitu kalau ada kegiatan,
masih mending 5 jadi 4, adakalanya 3 jadi 1 semacam sudah jadi kelaziman disana
mungkin kalau tidak dikurangi nggak asyik, meskipun para pasukan perbatasan harus
bersaksi sebanyak hari yang tertera pada undangan perdana menteri. Lagi-lagi ada yang mengatakan bahwa hal-hal
yang demikian adalah salah satu bentuk kehebatan dari jurus melempar kunyuk
menyimpan buah yang sangat di kuasai oleh para cepu di Negeri Atas Awan.
Dalam gelar pasukan
kali ini; masih ada saja hal yang membuat sebagian besar pasukan perbatasan
menggerutu; Hal ini terjadi karena penempatan pasukan yang seolah tidak
termanage dengan baik alias acak-acakan, pasukan yang sudah terbiasa dengan
kawan berlatihnya masing-masing dalam kegiatan ini di acak lagi, tempat
bermalam yang biasa luas harus bersempit-sempitan, logistic pertemuan yang
biasanya sedikit memenuhi selera para pasukan terkesan hanya seadanya, selain
itu yang tak kalah mirisnya peralatan
berlatih yang biasanya lengkap pada pertemuan ini hanya tinggal sedikit sekali.
Untunglah grutu pasukan perbatasan dapat dikendalikan oleh panglimanya
masing-masing sehingga tidak sampai memunculkan huru hara hingga gelar pasukan
berakhir, meskipun sana sini tetap terdengar kekesalan dan umpatan.
Dibalik umpatan dan
kekesalan para pasukan perbatasan, beredar juga cerita saling uji kesaktian
diantara mareka yang sudah dipasangkan. Dari
cerita tersebut terungkap bahwa sebagian besar pasukan perbatasan masih sangat
sulit menerima kehadiran kawan berlatih yang baru, walaupun judulnya sama-sama
pasukan perbatasan. Kondisi demikian menyebabkan ada pasukan yang enggan
berlama-lama dalam satu ruangan, ada juga pasukan yang terkena flu sampai harus
mengurangi aktivitas, ada pasukan yang harus sendiri karena pasukan yang
dipasangkan tidak jadi hadir untuk memenuhi undangan ke Dataran Tulip, namun
ada juga pasukan yang sangat cocok dengan kawan berlatihnya sehingga
kemana-mana terlihat harmonis, seperti yang ditunjukkan oleh seorang pasukan perbatasan penjuru angin 3 dengan
seorang pasukan perbatasan penjuru angin 8.
Berhubungan dengan
bahasan utama dalam gelar pasukan kali ini, tentu masih memperdalam jurus
memukul rumput menangkap kecoa yang
menjadi jurus andalannya para pasukan perbatasan, yang diharapkan kedepannya
akan mampu mengimbangi jurus melempar kunyuk menyimpan buah yang di miliki oleh
para cepu. Untuk ini tak
tanggung-tanggung, Panglima Besar Pasukan Perbatasan yang telah mengundurkan
diri kembali di undang oleh kerajaan untuk memberikan penilaian atas jurus yang
di mainkan oleh peserta.
Maski Sang Panglima
Besar, menilai bahwa permainan para
pasukan perbatasan mulai menemukan gayanya masing-masing dan setiap panampil
terlihat lebih focus daripada penampilan sebelumnya. Tetapi sang panglima besar yang telah
mengundurkan diri beberapa purnama yang lalu ini juga secara terang benderang
mengakui pentingnya mensinergikan jurus yang di mainkan oleh para cepu dengan
jurus yang mainkan oleh para pasukan perbatasan demi menjaga kedaulatan kerajaan..
Menanggapi pernyataan ini seorang peserta dari penjuru angin 3 seperti tanpa
sadar berkomentar, bahwa jika tujuannya sama-sama untuk mengamankan kedaulatan
kerajaan maka hal tersebut harus termanivestasi kedalam bentuk sikap dan gerak
setiap rakyat kerajaan, apatah lagi cepu
dan pasukan perbatasan yang notabene organ penting kerajaan. Ibarat akan melangkah, kedua kaki meskipun
kiri dan kanan tentu harus satu
komando. Untuk itu para cepu yang kini
beralih profesi menjadi pasukan perbatasan tentu harus sadar diri dan taat azas
dengan memainkan jurus memukul rumput menangkap kecoa, bukan sebaliknya mengaku
dirinya pasukan perbatasan tetapi jurus yang dimainkan tetap melempar kunyuk
menyimpan buah yang disertai intrik gimana caranya menjatuhkan para panglima
penjuru angin.
“Terlepas dari apapun
hasil gelaran ini, itu cepu yang kini berganti baju menjadi pasukan perbatasan
harus konsisten, jangan merasa cepu apalagi memainkan jurus melempar kunyuk
menyimpan buah lagi karena bajunya sudah pasukan perbatasan” kata dia kepada
pasukan inti penjuru angin 3.
Disela-sela
mengakhiri gelar pasukan, yang juga
hampir terjadi huru-hara karena keterlambatan pelaksana dalam membagikan logistic
untuk kembali ke perbatasan, masih saja terdengar bisik-bisik pembahasan hasil
pertemuan para cepu di medium sebelumnya; dimana salah satu yang mengemuka
adalah permintaan cepu yang berasal dari dataran mejusi agar pasukan perbatasan
di daerah tersebut diganti karena tidak mampu berkoordinasi. Saat melakukan persiapan kembali ke
perbatasan salah seorang pasukan perbatasan dari penjuru angin 2 menyesalkan
hal ini. Menuru beliau, selama ini belum ada indicator yang jelas dalam menilai
kecakapan permainan pasukan perbatasan dan lebih nggak etis lagi karena hal
tersebut di lontarkan oleh cepu dalam satu wilayah.”Jangan-jangan ini efek dari
kelihaian cepu dalam memainkan jurus melempar kunyuk menyimpan buah”. Kata dia
Dibalik serba-serbi
gelaran pasukan atas awan kali ini, hal yang paling banyak menjadi harapan para
pasukan adalah agar mareka segera mendapat kepastian kontrak, sehingga jurus
yang telah dilatihkan akan dapat di implementasikan segera.. ya segera,,
seperti harapan perdana menteri kerajaan.
Post a Comment