Menjaga Nyala di Tanah Sendiri (Catatan Dalam Membersamai Pelatihan KDKMP Lampung Barat Angkatan II)

 



Di sebuah ruang pelatihan yang tak begitu besar di Astama Hotel, Way Mengaku, udara pagi bercampur dengan aroma  kopi robusta dan percakapan yang penuh semangat. Tanggal 10 hingga 12 November 2025 menjadi saksi kebersamaan 98 peserta dari 49 Koperasi Desa Kelurahan Merah Putih (KDKMP) Lampung Barat—para penggerak yang datang bukan sekadar untuk belajar, tetapi untuk memperdalam makna kebersamaan dan tanggung jawab dalam membangun koperasi yang hidup, berpijak, dan berakar dari desa. Mereka datang dari berbagai pekon, membawa harapan dan juga keraguan, namun duduk dalam satu lingkaran yang sama: lingkaran niat baik. Mereka belajar tidak untuk menjadi yang paling tahu, melainkan untuk saling tahu; mereka berbicara tidak untuk menunjukkan siapa yang benar, melainkan untuk menemukan kebenaran yang bisa dijalankan bersama.

 

Diskusi yang paling hangat dalam pelatihan ini adalah tentang bagaimana seharusnya operasi koperasi berjalan. Dari perbincangan yang panjang dan jujur itu, mengemuka satu kesadaran penting: bahwa setiap KDKMP membutuhkan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai panduan bersama dalam mengelola bisnisnya. SOP bukan sekadar lembaran aturan, melainkan pagar yang menjaga langkah agar tidak salah arah, agar niat baik tidak terjebak dalam kekacauan teknis.

 

Apa yang terucap di ruang itu sejalan dengan pemikiran Prof. Dr. Sri Edi Swasono yang pernah mengatakan, “Koperasi bukan hanya alat ekonomi, tetapi juga lembaga pendidikan sosial. Ia harus dikelola dengan ilmu, bukan sekadar dengan semangat.” Kata-kata itu terasa hidup di tengah-tengah peserta, seakan menjadi peneguh bahwa semangat perlu disertai sistem, dan niat baik harus dijaga dengan pengetahuan. Koperasi memang lahir dari keikhlasan, tapi akan tumbuh karena ketertiban dan kejelasan arah.

 

Namun pelatihan ini tidak berhenti pada tataran aturan dan sistem. Selain SOP, muncul pula pembahasan yang tak kalah mendalam: tentang potensi desa. Tentang kopi yang melimpah dan kearifan lokal yang sering kali tersisih oleh model bisnis instan dari luar. Di situ terungkap keyakinan bahwa KDKMP tidak boleh kehilangan jati dirinya. Bahwa koperasi desa harus bertumbuh dari apa yang dimiliki desa itu sendiri, bukan meniru bentuk ekonomi kota. Bahwa kekuatan terbesar ada pada kemampuan mengenali potensi, mengolahnya, dan menjadikannya sumber nilai tambah yang bermartabat. Seperti kata Yunus Husein (2018), “Kekuatan ekonomi rakyat hanya bisa tumbuh bila dikelola dari potensi lokal. Koperasi harus menjadi ruang inovasi yang berpijak pada bumi desa.”

 

Maka pelatihan ini sejatinya bukan hanya forum belajar, melainkan cermin yang memantulkan wajah pembangunan desa. Wajah yang sederhana, bersahaja, namun penuh daya juang. Di antara diskusi, tawa, dan kerja kelompok yang melelahkan, tumbuhlah kesadaran baru: bahwa membangun koperasi sejati bukan hanya tentang laporan dan transaksi, tetapi tentang menanam nilai, menumbuhkan kesadaran, dan menjaga kebersamaan. Bahwa pembangunan desa sejati dimulai dari rasa memiliki, dari kemampuan menata diri, dan dari keyakinan bahwa setiap langkah kecil akan berarti jika dijalankan bersama dengan hati yang bersih.

 

Koperasi Desa Kelurahan Merah Putih—nama yang lahir dari semangat merah keberanian dan putih keikhlasan—menjadi simbol dari kerja yang bukan sekadar mencari untung, tapi membangun martabat. Di Lampung Barat, di gelanggang kecil Way Mengaku, semangat itu terasa hangat, seperti api kecil yang dijaga bersama agar tak padam. Semoga dari tempat ini, lahir gelombang kecil perubahan yang akan merambat ke desa-desa lain di seluruh Lampung, bahkan Indonesia.

 

Dalam kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung, Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Lampung Barat, serta segenap panitia yang telah berjibaku tanpa mengenal lelah dalam menyiapkan pelatihan ini. Juga kepada teman-teman Konsultan PLUT,  KMO dan BA se-Lampung Barat yang telah hadir, berbagi gagasan, semangat, dan ketulusan, menjadikan suasana belajar ini bukan sekadar pelatihan, tetapi pertemuan hati yang meneguhkan keyakinan bahwa jalan pemberdayaan memang panjang, namun selalu indah bila ditempuh bersama.

 

Dan kepada seluruh peserta Pelatihan KDKMP Lampung Barat Angkatan II, jangan pernah lupakan yel-yel yang telah kalian ucapkan dengan penuh semangat itu—sebuah mantra kebersamaan yang lahir dari hati yang menyala: “KDKMP Pantang Mundur! KDKMP Luar Biasaaa! KDKMP Jaya… Jayaaa!” Biarlah yel-yel itu tidak hanya menjadi seruan di ruang pelatihan, tetapi menjadi gema dalam setiap langkah, dalam setiap keputusan, dan dalam setiap kerja nyata yang kalian lakukan di desa masing-masing. Karena pada akhirnya, kebesaran koperasi tidak diukur dari berapa besar modalnya, melainkan dari seberapa kuat keyakinan dan kebersamaan orang-orang di dalamnya untuk terus melangkah maju.

 


Post a Comment

أحدث أقدم